Membuat Video Saat Membantu Orang Lain Termasuk Riya?
Pengalaman pribadi yang membuat dada sesak kalau tidak ditulis
Sekarang ini, kita hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Berbagai macam produk digital telah dapat kita nikmati bersama untuk memudahkan segala macam urusan baik pribadi maupun pekerjaan. Salah satu produk digital yang marak beberapa tahun terakhir ini adalah layanan mengunggah video dalam sebuah platform.
Membuat video di media sosial
Youtube, tiktok, instagram dan lain-lain merupakan platform yang dapat digunakan masyarakat dalam mengekspresikan diri dalam bentuk gambar maupun video. Tentu saja antara pengguna satu dengan pengguna yang lain memiliki alasan masing-masing mengenai konten yang diunggah di akun mereka.
Konten yang sering kita lihat di berbagai macam platform di antaranya tentang tutorial, hobi, story telling, hingga kegiatan sosial pun ada di sana. Tentunya masih banyak lagi tema-tema yang mereka ambil dalam konten yang telah dibuat. Deny King disebut sebagai rajanya membuat tutorial video dengan aplikasi kinemaster, Tanboy Kun terkenal dengan konten mukbangnya, Nessie Judge dengan konten story telling, dan terakhir Baim Wong dengan konten kegiatan sosial.
Dalam tulisan yang sederhana ini, saya ingin fokus ke satu tema yaitu mengenai foto atau video yang berisi tentang kegiatan sosial. Kita semua tahu bagaimana seorang Baim Wong yang sejak awal merintis channel youtube berfokus untuk membantu masyarakat dari kalangan tidak mampu. Sudah banyak video yang telah dibuat tentang aksi Baim Wong ini. Dan saya yakin di luar sana juga masih banyak yang melakukan hal serupa.
Namun, permasalahan pun muncul terkait konten macam ini. Ternyata tidak semua masyarakat menerima dan justru mempertanyakan niat baik konten kreator. Apakah mereka membantu orang lain yang kesusahan hanya untuk mencari sensasi saja, ingin terkenal, ingin viral, ingin pujian dari masyarakat? Tentu banyak yang berfikir demikian dan secara pribadi, saya pun juga mengalami hal serupa.
Ketika membantu orang lain dan didokumentasikan auto Riya?
Dalam beberapa waktu yang lalu, saya mengunggah sebuah video milik orang lain di akun pribadi yang bertujuan untuk mengingatkan agar selalu memiliki rasa bersyukur dan menginspirasi orang banyak agar berderma. Video ini memuat satu keluarga sedang melihat laki-laki paruh baya sedang memungut makanan dari tong sampah dan di video itu pun menunjukkan laki-laki tersebut langsung memakan makanan dari tong sampah tersebut. Sontak hal ini membuat si perekam menangis haru, merasa kasihan melihat laki-laki ini. Kemudian mereka membelikan makanan dan bertanya tentang kondisi laki-laki yang dilihatnya itu. Tak cukup sampai di situ, si pemilik video pun juga ternyata dimintai tolong untuk membuka donasi oleh netizen dan benar saja, bantuan dari masyarakat berdatangan dan telah diserahkan kepada laki-laki tersebut.
Pasca saya mengunggah video tersebut ternyata ada komentar miring terkait video itu. “Padahal kaya gini ngasih kok di video ya, eman-eman pahalanya”
“Sebab kalau kebaikan di video riya, ya”
https://www.tiktok.com/@humairohazizalkat/video/7013018415384382746?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id7008250740213155330
Tentu saja komentar ini membuat miris, sedih, tidak habis pikir mengapa ada kalimat terlontar untuk sesuatu yang baik. Jika kita berada di posisi orang yang merekam, saya yakin hati kita belum tentu langsung tergerak untuk peduli, malah bisa jadi kita merasa risih dengan laki-laki yang makan dari tong sampah itu.
Bagaimana bisa kita membaca niat seseorang, padahal kita termasuk hamba yang serba terbatas. Bukankah urusan amal itu urusan Alloh Sang Pencipta? Bukankah riya dan tidaknya Alloh yang tahu? Mengapa kita bisa berucap demikian padahal belum tentu kita bisa melakukan hal yang lebih baik?
Renungan
Mengumbar amal dapat disebut riya jika diniatkan untuk mendapat pujian dari orang lain, tapi itu bukan satu-satunya alasan seseorang menyebarkan hal-hal seperti itu. Bisa saja, “Semoga dengan berbagi video ini, orang lain jadi tahu kondisi laki-laki itu kemudian jika bertemu dapat membantu” atau bisa juga dengan orang lain yang bernasib sama.
Berbagi video tersebut bisa juga bertujuan agar orang memotivasi orang lain untuk gemar berbagi pula, bisa juga membuat orang lain yang melihat lebih bisa bersyukur dengan rezeki yang telah diterima dari Alloh. Dan tentu saja manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui niat orang lain dalam hatinya. Jika melihat video itu, saya pikir orang yang merekam video tidak memperlihatkan dirinya dan tidak ada maksud “Lihat nih aku bantu orang”, tidak tampak seperti itu.
Urusan riya atau tidak adalah urusan orang tersebut kepada Alloh. Dan kalau ternyata salah, jatuhnya justru fitnah. Kalaupun riya, pahala sedekahnya akan dikurangi namun masih dapat amalan karena mampu menggerakkan orang lain untuk bersyukur, untuk membantu sesama.
Ada ulama menyampaikan dalam sebuah ceramah, “Ketika kita hendak beramal, kemudian takut riya, maka ketakutan itu datangnya dari setan. Kalau kita mundur, setannya senang. Maka paksakan kita tetap beramal sembari terus menerus memperbaiki niat.”
Sebagai akhir dari tulisan ini, sering kita melihat video orang Muslim yang gemar bersedekah dalam jumlah yang sangat besar, terkadang ada dua pemikiran yang keluar:
- Bagaimana dan di mana mereka bisa mereka mendapat uang sebanyak itu?
- Alangkah hebatnya dia mau untuk bersedekah sehingga mendapat pahala
Jika hati kita berada di posisi nomor 1, ketahuilah hati dan pikiran kita dipenuhi tentang dunia dan itu perlu untuk dibenahi. Namun, jika di hati kita merasa “Alangkah nikmatnya menjadi dia dapat bersedekah dan di yaumil akhir mendapatkan pahala dan kita ingin menjadi seperti dia” berarti kita sedang dalam keadaan insya Alloh baik dan jagalah hati itu dan kita mengharapkan kita dapat bertemu dengan Alloh di yaumil kiyamah.
Di mana posisi hati kita sekarang ini, apakah tentang dunianya atau akhirnya?